Friday, June 28, 2013

remaja sekarang, karya sastra terdahulu dan teenlit terkini.



Remaja sekarang,  sastra dahulu dan teenlit terkini.
Kini bukanlah hal yang aneh jika remaja saat ini kurang mengenali sastra. Kalau ditanya dari sekian  banyak anak yang mengenal sastra bahkan seberapa memahami betulkah tentang sastra bisa dihitung jari jika dipersempit lagi kuotanya. Nah, mengapa ? ada beberapa banyak faktor mengapa remaja kurang menggauli sastra. Mayoritas sastra itu sulit untuk memahaminya, perlu berulang-ulang membaca karya sastra itupun tidak menjamin untuk lebih cepat memahami. Banyak kata ‘susah’ pada karya sastra, hal kecil dari pengakuan remaja.
Padahal indonesia terkenal banyak sekali karya sastranya. Apalagi zaman yang semakin tidak mendukung, maksud dari tidak mendukung disini adalah indonesia semakin berkembang dengan teknologinya yang otomatis menyebabkan remaja semakin menjauhi karya sastra. Ini sebuah fenomena yang ironis. Remaja perkotaan bahkan pedesaan sekalipun kurang peka terhadap karya sastra yang terdahulu. Dimulai sapardi joko damono, sultan ali syahbana dan para sastrawan yang lainnya nama-nama itupun asing ditelinga mereka. Remaja sekarang merasa tidak perlu membaca sastra, buat apa sih katanya ? apa untungnya ? toh indonesia maju bukan karena sastra bla bla bla beberapa pengakuan dari mereka. Dasar dan teori-teori sastra, paradigma para sastrawan terdahulu hanya sebatas ilmu angin artinya remaja mayoritas siswa yang diajarkan disekolah hanya sebatas formalitas tanpa ada pradigma penekanan khusus sehingga kurang membuahkan hasil dalam bentuk kreativitas-kreativitas remaja. Pada sisi lain, sastra itu merupakan cermin kehidupan dipertegas kembali salah satu teori aristoteles yang menyebutkan bagaimanapun juga sastra menampilkan kenyataan sosial karena dunia yang diciptakan di dalam karya sastra merupakan cerminan gambaran, gagasan, perasaan yang ada di dalam diri manusiaakan dunianya sedangkan karya sastra sendiri adalah bentuk pelibatan diri atau reaksiseorang sastrawan terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia juga bersikukuh bahwa jika ada  penyimpangan  di dalam suatu karya terhadap realitas masyarakat,sebenarnya itu tidak menyalahi status bahwa karya adalah cerminan masyarakat karena yang dianggap sebagai penyimpangan 
bukanlah bentuk kontras dari realitas masyarakat.Seorang pengarang yang karyanya dianggap  menyimpang 
dari realitas  masyarakatnyapada saat  penciptaan justru memproyeksikan realitas masyarakat di dalam gambaran. Artinya sastra tanpa disengaja dan disengaja pun tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Pradigma inilah yang seharusnya selalu melekat dalam remaja.

Namun dalam perjalanannya,  remaja sekarang menghiraukan, lebih menggemari membaca teenlit terkini. Teenlit yang ada lebih renyah, mudah dipahami bahkan sama persis dengan apa yang dialami oleh remaja saat ini. Tidak salahnya teenlit lebih jauh digandrungi saat ini.
Hal ini sebaiknya perlu diperhatikan khususnya dalam perkembangan generasi muda.  Jika kita lihat dari fakta dan teori yang ada tentang sebab menurunnya minat baca remaja khusunya terhadap bacaan sastra dapat dicari jalan keluarnya dengan memberikan suatu inovasi baru lagi dalm jenis-jenis bacaan yang dapat menarik minat. Selain itu sosialisasi tentang baca juga harus lebih ditingkatkan lagi.


No comments:

Post a Comment